Bisnis.com, JAKARTA – Produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang menggunakan baterai berbahan baku nikel (nickel manganese cobalt/NMC) dinilai perlu diberikan insentif oleh pemerintah.
Founder National Battery Research Institute Evvy Kartini mengatakan, pemerintah perlu mendukung para produsen mobil listrik yang menggunakan baterai nikel karena sejalan dengan komitmen hilirisasi sumber daya alam nikel.
Namun sayangnya, sebagian besar pemain mobil listrik di Indonesia masih menggunakan baterai jenis lithium ferro phosphate (LFP). Sebab, bahan baku baterai nikel relatif lebih mahal.
Berdasarkan catatan Bisnis, sejumlah agen pemegang merek (APM) mobil listrik, terutama asal China mayoritas menggunakan baterai jenis LFP, di antaranya BYD, Wuling, Chery, Morris Garage (MG), hingga Aion.
Sementara itu, salah satu mobil listrik yang menggunakan baterai nikel yakni Hyundai Ioniq 5, yang baterainya dirakit secara lokal di pabrik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat. Adapun, bahan baku nikel umumnya digunakan oleh mobil listrik yang tergolong premium.
“Pemerintah seharusnya mendukung yang berbasis nikel. Jelas tidak bisa berkompetisi antara yang berbasis nikel dengan berbasis LFP,” ujar Evvy dalam Diskusi Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta Selatan, Selasa (1/7/2025).
Baca Juga
Menurutnya, kualitas baterai nikel lebih unggul dibandingkan baterai LFP. Apalagi, biasanya baterai nikel lebih banyak dipakai di mobil listrik kelas premium karena bobotnya lebih ringan dan daya tahannya lebih baik dibandingkan LFP.
Alhasil, harga jual mobil listrik yang menggunakan baterai nikel relatif lebih mahal sehingga sulit bersaing dari sisi harga dengan mobil listrik yang memakai baterai LFP. Oleh sebab itu, perlu diberikan insentif bagi yang menggunakan baterai nikel.
“Iya, seharusnya seperti itu. Jadi, ketika diberi insentif, harus dilihat yang berbasis nikel. Karena mereka agak susah bersaing dengan yang lain, karena mereka berbasis NMC, dan nikelnya itu lebih dari 90%,” katanya.
Menilik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan wholesales mobil listrik BEV pada Mei 2025 sebesar 6.391 unit. Beberapa pabrikan yang mendominasi di pasar mobil listrik Tanah Air, yakni BYD, Denza, Chery dan Wuling.
Namun, jika ditinjau secara bulanan, angka itu mengalami penurunan 13,63% (month-to-month/mtm) dibandingkan 7.400 pada April 2025.
Sebagai tambahan informasi, mengacu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 12 Tahun 2025, pemerintah telah memberikan insentif PPN DTP 10% untuk impor mobil listrik completely knocked down (CKD).
Lalu, PPnBM DTP untuk impor mobil listrik secara utuh atau completely built up (CBU) dan CKD sebesar 15%, serta pembebasan bea masuk impor mobil listrik CBU. Namun, sejauh ini belum ada regulasi spesifik yang mendukung pabrikan mobil listrik yang menggunakan baterai nikel.